Aku selalu kagum dengan orang yang bekeliling dunia, hidup lama di suatu tempat, tempat bukan di mana dia dilahirkan, tempat dimana dia berpetualang untuk semata ingin menjadi orang yang dewasa. Dengan berpetualang seseorang tentunya bisa mengenal orang baru, budaya baru, makanan khas yang bermacam-macam. Berpetualang juga mengasah kemampuan adaptasi seseorang terhadap daerah yang disinggahi. Jika orang mampu beradaptasi dengan lingkungan baru maka dia akan mampu bertahan hidup lama layaknya orang-orang setempat. Namun, berpetualang ke suatu tempat asing, atau bahkan tinggal di suatu tempat bukan kelahiran kita, memiliki banyak tantangan.
Perbedaan bahasa, budaya, kebiasaan, etika, hingga perbedaan masalah peradaban (teknologi, intelektual masyarakat setempat) tentunya akan memberikan shock culture. Hal ini yang datang pertama kali ke dalam diri seseorang ketika dia mencapai suatu tempat dan berusaha menetap untuk jangka waktu lama. Shock culture bisa jadi sangat lama sembuhnya, tapi juga bisa cepat. Ini tergantung daya adaptasi kita saja. Awalnya memang kita harus belajar bahasa setempat dulu, supaya komunikasi dengan orang di tempat itu lancar dan mereka tentunya akan sangat apresiatif terhadap kita yang mampu menguasai bahasa mereka.
Aku paling salut dengan orang yang bisa berbicara berbagai bahasa. Buatku orang yang bisa berbicara lebih dari satu bahasa itu memiliki otak sempurna. Vokal harus perfekt, sambungan kata, dan arti kata, semua itu terjadi dan dirangkai dengan otak dg cepat. Dia bisa memakai otaknya selain berfungsi untuk mengerti, juga memahami dan bisa bermimpi dg bahasa asing. Bisa bermimpi dg bhs kedua also bukan bahasa ibu itu butuh waktu. Aku nggak tau kapan pertama kali aku bemimpi dalam bahasa Jerman, juga berpikir pakai bhs Jerman. Mungkin setelah 2 tahun aku di sini.
Perbedaan bahasa, budaya, kebiasaan, etika, hingga perbedaan masalah peradaban (teknologi, intelektual masyarakat setempat) tentunya akan memberikan shock culture. Hal ini yang datang pertama kali ke dalam diri seseorang ketika dia mencapai suatu tempat dan berusaha menetap untuk jangka waktu lama. Shock culture bisa jadi sangat lama sembuhnya, tapi juga bisa cepat. Ini tergantung daya adaptasi kita saja. Awalnya memang kita harus belajar bahasa setempat dulu, supaya komunikasi dengan orang di tempat itu lancar dan mereka tentunya akan sangat apresiatif terhadap kita yang mampu menguasai bahasa mereka.
Aku paling salut dengan orang yang bisa berbicara berbagai bahasa. Buatku orang yang bisa berbicara lebih dari satu bahasa itu memiliki otak sempurna. Vokal harus perfekt, sambungan kata, dan arti kata, semua itu terjadi dan dirangkai dengan otak dg cepat. Dia bisa memakai otaknya selain berfungsi untuk mengerti, juga memahami dan bisa bermimpi dg bahasa asing. Bisa bermimpi dg bhs kedua also bukan bahasa ibu itu butuh waktu. Aku nggak tau kapan pertama kali aku bemimpi dalam bahasa Jerman, juga berpikir pakai bhs Jerman. Mungkin setelah 2 tahun aku di sini.
Hal lain yang penting untuk kita pelajari adalah kebiasaan hidup mereka, dan etika setempat. Kita mesti banyak bergaul dengan orang setempat, dan mempelajari apa saja yang boleh dan tidak boleh di tempat yang baru. Lupakan daerah asal muasal kita, mulailah beradaptasi dan hidup seperti layaknya mereka, maka shock culture dapat kita usir dengan cepat. Begitulah yang aku lakukan ketika aku di Jerman pertama kali.
No comments:
Post a Comment