Pada awal-awal hidupku di Jerman, aku juga harus beradaptasi dengan termin. Termin jika di-Indonesia-kan adalah janji, atau Inggrisnya appointment. Di sini semuanya mesti memakai termin. Mau jenguk keluarga sendiri harus memakai termin dulu: harus telpon apa mereka ada waktu atau tidak. Di sini dikatakan nggak sopan kalau langsung datang menjenguk seseorang tanpa telpon sebelumnya. Mereka bisa marah kalau kita asal datang aja. Merasakan semuanya mesti pakai termin, aku jadi kenal dua kata ini: schlechte laune (keadaan hati lagi jelek). Aku kadang2 nggak ngerti kok orang bisa keras dan ngamukan (kok jadi Jowoan -- hehe) sepanjang hari, gara-gara terminnya gak diikutin. Ngeluhhhhhhhhhhhhhh terus....!
Sedangkan kalo aku lihat di Jerman ini semuanya serba ada. Semiskin-miskinnya orang di sini, standard hidup mereka masih dijamin oleh negara. Kalau orang dipecat, nggak ada kerja, nggak punya uang, tapi punya anak mereka nggak akan terlantar di jalan, nggak akan kelaparan. Mereka langsung dibantu oleh negara: sewa rumah di bayar, asuransi kesehatan dijamin, makan dijamin. Mereka tiap bulan (tanpa kerja) dapat uang dr pemerintah buat menghidupi kehidupan mereka, dr makan sampai baju. Tapi orang jerman masih mengeluh, kurang sana kurang sini. Mereka bilang sistem di Jerman jelek lah, dan lain-lain. Aku rasa mereka belum buka mata. Kalau mereka di sini dimanja, coba buka mata, lihat negara-negara lain. Kalian orang Jerman ini enak hidupnya di sini. Bersyukurlah... hai orang-orang Jerman!!!!
No comments:
Post a Comment